Sedikit Info Seputar
Mendengar Adzan Misterius Di Lautan, Nahkoda Asal Bali Ini Akhirnya Masuk Islam
Terbaru 2017
- Hay gaes kali ini team aplikasi gratis hp android, kali ini akan membahas artikel dengan judul Mendengar Adzan Misterius Di Lautan, Nahkoda Asal Bali Ini Akhirnya Masuk Islam, kami selaku Team aplikasi gratis hp android telah mempersiapkan artikel ini untuk sobat sobat yang menyukai aplikasi gratis hp android. semoga isi postingan tentang
Artikel Berita,
Artikel Islam,
Artikel Kabar,
Artikel Muslim,
Artikel Terkini, yang saya posting kali ini dapat dipahami dengan mudah serta memberi manfa'at bagi kalian semua, walaupun tidak sempurna setidaknya artikel kami memberi sedikit informasi kepada kalian semua. ok langsung simak aja sob
Judul:
Berbagi Info Seputar
Mendengar Adzan Misterius Di Lautan, Nahkoda Asal Bali Ini Akhirnya Masuk Islam
Terbaru
link: Mendengar Adzan Misterius Di Lautan, Nahkoda Asal Bali Ini Akhirnya Masuk Islam
Berbagi Mendengar Adzan Misterius Di Lautan, Nahkoda Asal Bali Ini Akhirnya Masuk Islam Terbaru dan Terlengkap 2017
Menurut I Gusti Putu Ngurah Sedana, nakhoda kapal Borobudur, rute ini berat. Angin sering mati. Sementara, kapal layar bergantung pada angin. Kalau sudah begini, Muhammad Abdu turun ke gelanggang. Dalam bahasa Bajo, diajaknya angin bicara.
Dipanggilnya angin untuk datang menolong. Meski angin benar-benar datang, apa yang dilakukan Abdu disindir-sindir para pelaut asing di kapal itu. Aha! Pelaut bule yang tak pernah lepas dari peta dan kompas itu belum paham, bahwa orang Bajo bisa mendeteksi angin dengan daun telinganya.
Angin datang. Namun apa boleh buat, datangnya dari arah depan. Motor tempel yang dipasang di kanan-kiri kapal, tak banyak menolong. Bukannya melaju, kapal malah terseret mundur. Para pelaut asing akhirnya angkat tangan. Giliran pelaut Indonesia unjuk kebolehan.
Meski jarak yang hanya 700 mil ditempuh selama 17 hari. Bandingkan dengan Jakarta-Seychelles yang 3.300 mil, ditempuh selama 26 hari. Uh, tentu pelayaran yang melelahkan. Di Madagaskar, Kapten Putu dan belasan awak perahu Borobudur disambut serangkaian acara. Sembari itu, perlengkapan yang habis diisi kembali. Yang rusak-rusak diperbaiki.
Badai Dua Samudera
Almanak bertarekh 25 Oktober 2003. Perahu berangkat lagi. Tujuannya Afrika Selatan. Kapal melintasi pertemuan arus Samudera Hindia dan Samudera Atlantik. Ini yang paling gawat
Kapal dihoyak badai. Para awak umumnya histeris. Banyak yang menangis. Kapal tradisional nenek moyang Indonesia itu laksana sabut diombang-ambing arus bah. Awan hitam menggelayut. Petir sambar-menyambar.
Boleh percaya, terserah kalau pun tidak, Kapten Putu, sang nakhoda asal Bali ini tiba-tiba mendengar suara adzan misterius.
“Begitu adzan berhenti, badai pun reda, saya tanya. Ternyata tak satu pun awak kapal yang mengaku melantunkan adzan,” kenangnya dalam sebuah perbincangan panjang, tempo hari.
Kapal tiba di Cape Town, Afrika Selatan. Saat itu lebaran Idul Fitri. Sejumlah awak kapal, turun tanpa pengganti. Kapten Putu meneruskan pelayaran ke Pantai Barat Afrika dengan sisa awaknya. Tiga belas orang.
Pendek kisah, Senin, 23 Februari 2004 sore, perahu bercadik itu lempar sauh di perairan lepas pantai Pelabuhan Tema, Accra, ibu kota Ghana.
Nah apa kabar Kapten Putu? Kini pangkatnya sudah bukan Kapten. Dia menjabat Danlanal Sibolga. Bila bertegur sapa dengan orang yang tak dikenal dia selalu mengawali dengan “assalamualaikum”. Setelah mengucap dua kalimat syahadat, Gusti Putu Ngurah Sedana pun akhirnya menunaikan ibadah haji di tanah suci Makkah.